Selasa, Februari 11, 2025
BerandaFOKUS BERITA JABARPangandaranHidup SebatangKara Nenek Rasih Tempati Rumah Tak Layak Huni

Hidup SebatangKara Nenek Rasih Tempati Rumah Tak Layak Huni

Hidup Sebatangkara, Nenek Rasih Tempati Rumah Tidak Layak Huni.

Kabupaten Ciamis
Www.tabloidfbi.com-Rasih, seorang nenek yang diperkirakan telah berusia lebih dari 70 tahun memilih tinggal di sebuah gubuk reyot tak layak huni di Dusun Tangkeban RT 37 RW 07 Desa Purwadadi Kabupaten Ciamis.

Sudah lebih dari dua tahun, nenek malang ini tinggal di dalam gubuk tua, mulai dari dinding yang terbuat dari bambu yang sudah rapuh dan patah termakan rayap, lantainya pun hanya sebatas tanah, ditambah lagi kalau musim penghujan rumah nya sering kemasukan air.

Nenek Rasih usianya sudah renta, Hanya saja dia terus bertahan hidup, sudah beberapa bulan ini, ia tidak bisa lagi banyak bergerak karena merasa sakit dibagian tangan dan kaki saat mencoba berdiri dan berjalan ditambah lagi nenek Rasih mempunyai penyakit darah tinggi.

Nenek malang ini memang sudah ditinggal suaminya sejak lama, diapun tidak memiliki keturunan. Keluarga terdekatnya saat ini hanya adiknya yang rumahnya berjarak sangat dekat dari gubuknya. Meski sering diajak untuk tinggal bersama, Rasih kekeh memilih tinggal digubuknya yang reyot itu.

“Sudah lama saya tinggal di sini, dulunya saya merantau dikota dan jauh dari keluarga tapi Sekarang karena sudah tidak bisa kerja suami juga sudah meninggal, saya hanya berdiam diri menunggu orang yang mau memberikan sedikit rezekinya untuk makan sehari-hari, sebab karena sakit kalau mau berdiri, saya tidak bisa mencari nafkah kagi, hanya mengandalkan pemberian dari saudara atau dari orang, itu juga kadang kadang,” kata Nenek Rasih saat ditemui Fokus Berita Indonesia, Senin (22/5/2021).

Di dalam gubuknya, hanya ada satu kasur dan bantal kapuk yang sudah lusuh. Tidak ada satupun lemari untuk menyimpan pakaian atau makanan. Nenek Rasih hanya menyimpan pakaiannya di tempat seadanya, sementara makanannya ia tempatkan di dalam rantang seadanya.

Sementara di sekitar gubuknya, terdapat banyak tumpukan kayu bakar yang ia gunakan untuk memasak sehari-hari. Di antara tumpukan kayu itulah, nenek hadi menempatkan tungkunya untuk memasak dan sangat berbahaya jika terjadi kebakaran.

“Saya tidak punya uang untuk perbaiki. Saudara saya juga sama saja. Yah terpaksa lah tinggal di sini biar kondisinya begini. Mau apa lagi, kalau musim hujan, air suka masuk kedalam rumah, maklum dinding dan atapnya sudah pada bocor,” sebutnya.

Dikatakan Edi Gusmawan ketua RT 37 RW O7 Dusun Tangkeban, meski dalam kondisi sakit seperti sekarang, Rasih tidak pernah meminta saudaranya memasak untuknya. Bahkan, jika saudaranya melarang dia masak, Rasih justru malah marah dan tetap memasak untuk dirinya, meski sangat berbahaya jika tidak diawasi.

Ironisnya, meski sudah hidup dalam kemiskinan selama bertahun-tahun. Nenek malang ini justru tidak pernah tercatat sebagai penerima program bantuan berkala dari pemerintah. Bahkan bantuan untuk warga miskin di masa pandemi kemarin pun tidak ia dapatkan dari pemerintah.

“Ia nenek ini tidak menerima bantuan, baik PKH maupun BPNT. Hanya saja kemarin nenek ini pernah menerima bantuan dari BLT DD, itu juga baru beberapa kali,” ungkapnya.

Sebelum tinggal di gubuk itu, Nenek Rasih pernah tinggal di kota bersama suaminya, namun setelah suaminya meninggal Rasih memilih pulang ke kampung dan hidup sebatangkara.

“Di mohonlah baik Pemerintah Desa, Pemerintah Kecamatan, Baznas dan Pemerintah Daerah melirik gubuk Nenek Rasih yang sudah reyot tidak layak huni, apalagi sekarangkan banyak program bantuan dari pemerintah, dulu pernah dapat dari program rutilahu namun pihak keluarga tidak sanggup untuk meneruskan pembangunan jadi dilempar ke yang lain sebab yang datang hanya materialnya saja,” paparnya.

Diakui saudaranya Silah, mengatakan meski dalam kondisi sakit seperti sekarang, Rasih tidak pernah meminta saudaranya memasak untuknya. Bahkan, jika saudaranya melarang dia masak, Rasih justru malah marah dan tetap memasak untuk dirinya, meski sangat berbahaya jika tidak diawasi.

“Kita sudah larang masak, tapi malah marah kalau dilarang begitu. Padahal kan bahaya sekali karena tempat masaknya itu di tumpukan kayu. Yah kita awasi saja. Biar tengah malam saya melihat kondisinya,” lanjutnya.

Saat ini, Nenek Rasih memang sangat membutuhkan tempat tinggal yang layak, ditambah lagi kondisinya sangat memprihatinkan sudah sering sakit-sakitan dan tidak bisa lagi mencari nafkah untuk kebutuhan hidupnya sehari-hari.

“Kalau memang dari Pemerintah ada bantuan untuk pembangunan rumah yang layak kenapa sampai saat ini, Gubuk kakak saya, Nenek Rasih tidak pernah dilirik sama sekali,” ujarnya.

Reporter ; Irmansyah

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -spot_imgspot_img

Most Popular

Recent Comments