Jeritan Hati Pekerja Tambang Pasir Desa Bades Merasa “Mati Sak Jerone Urip”
Lumajang, FBIwwwfokusberitaindonesia. Com-Hari raya idul fitri adalah momen indah dan sakral bagi umat muslim di seluruh dunia. Untuk itu berbagai elemen masyarakat yang merayakan hal itu akan mempersiapkan segala sesuatunya baik dari pakaian anak-anak dan kue lebaran. Namun hal tersebut tidak berlaku bagi warga desa Bades kecamatan pasirian kabupaten Lumajang saat ini yang perekonomian sehari-hari bergantung pada tambang pasir. Karena mayoritas tambang pasir pada tutup serta jalan juga tidak bisa dilewati oleh truk yang bermuatan pasir. Ini sangat terasa sekali bagi warga yang keseharianya berharap dari bekerja disana. Kesedihan menyelimuti mereka bertepatan dengan bulan suci romadhon yang sudah mendekati hari raya idul fitri. Kamis (13/04/2023).
Seperti ungkapan Mustofa warga dusun siluman desa Bades, dirinya beserta warga lain yang kesehariannya menopang hidupnya dari tambang pasir. Untuk saat ini sangat terasa berat karena tambang semua ditutup total dan jalan tidak boleh dillalui truk yang bermuatan pasir. Kebutuhan menjelang hari raya idul fitri ini sangatlah banyak tapi pemasukan tidak ada. Anaknya sekolah juga membutuhkan biaya, sedangkan untuk makan sehari-hari saja susah.
“Dunia terasa gelap, karena lebaran sudah dekat kebutuhan belanja dan anak sekolah banyak, sedangkan tambang pasir ditutup semua. Untuk belanja sehari-hari bingung, harus bagaimana lagi.” Ungkapnya.
Masih menurut Mustofa, semenjak penutupan tambang dan penyetiaan mesin, pekerja manual buntu mata pencahariannya. Sedangkan kebutuhan semakin meningkat, kadang untuk makan saja susah. Sopir truk untuk mengambil pasir yang manual rata-rata tidak mau, karena jaraknya terlalu jauh.
Hal senada juga dilontarkan oleh Sandi warga desa Bades lainnya, dia mengakui seperti mati dalam hidup. Artinya tidak bisa mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sekeluarga. Menurutnya mayoritas warga Bades dan lainya sekitar tambang pasir. Keseharianya bergantung hidup dengan bekerja disana. Semenjak penutupan jalan dan tambang oleh pemerintah sangat berimbas dengan perekonomian dan kelangsungan hidup mereka.
“Nasib kami sekarang ini ibaratkan ” Mati sak jerone urip” (Terasa mati didalam hidup) kebutuhan tiap hari tidak terpenuhi. Untuk makan sehari-hari saja susah, dampak dari mata pencaharian kami tertutup. ” Jelasnya.
Mayoritas warga yang bergantung pada hasil bekerja ditambang pasir. Mereka berharap perhatian dan kebijaksanaan (solusi) dari pemerintah kepada nasib wong cilik yang ada nasib area tambang pasir ini. (Den)